Senin, 19 Juli 2010

Memaafkan adalah Karunia Terindah

Kalau cinta memang bukan hanya dalam kata-kata, tentu tidak ada kesalahan yang tidak bisa dimaafkan! Orang yang mampu memaafkan hanyalah orang-orang yang punya cinta, Tetapi, orang yang punya cinta seharusnya tidak menyakiti atau menguji sesama dengan mengulang-ulang kesalahan yang itu-itu juga.
Joger, Bali 280496 A

Memaafkan bukanlah sebuah perasaan, tetapi sebentuk tindakan, sebentuk kemauan dari diri seseorang. Memaafkan adalah suatu mukjizat yang secara ajaib bisa dirasakan, tetapi tidak banyak di antara kita mampu melakukannya dengan mudah.

Anda mau memaafkan, pasti Anda bisa memaafkan. Anda tidak mau memaafkan, pasti Anda sendiri yang akan merasakan akibatnya karena memelihara ingatan dengan segala konsekuensinya yang membuat kita “sakit hati” atau “sakit pikir”

Memelihara dendam karena orang lain menyakiti hati kita adalah seperti menelan racun sambil berharap orang lainlah yang akan mati!

Lewis B Smedes dalam bukunya Mengampuni dan Melupakan mengajarkan bagaimana menyembuhkan “luka hati” yang tidak selayaknya kita terima.

Mukjizat ketika Memaafkan

Pemberian maaf mendapatkan keindahannya yang unik dari penyembuhan yang didatangkannya kepada semua jenis “sakit hati”. Memaafkan bukan berarti melupakan tindakan orang yang menyakiti kita, seolah-olah memaafkan harus satu paket dengan melupakan kejadiannya. Kita harus bisa memaafkan, tetapi bukan melupakan begitu saja sampai suatu hari kita merasakan hal yang sama yang diperbuat oleh orang yang sama.

Sebagian orang menyakiti hati kita karena mereka mengira kita layak menerimanya. Terkadang kita tidak tahu dengan pasti apakah kita menjadi korban dari kejadian yang tak terhindarkan yang menimbulkan sakit hati itu secara disengaja atau tidak disengaja oleh orang yang melakukannya pada diri kita.

Akan mempunyai perbedaan yang sangat besar kalau kita mengalami “sakit hati”, tetapi dengan kesadaran penuh kita menelaah masuk ke diri sendiri untuk bertanya, apakah saya pantas mendapat perlakuan yang menyakitkan itu. Atau memang kita mendapatkannya dari serangan yang memang orang lain lakukan dengan sengaja secara curang pada diri kita.

Kalau Anda menerima rasa “sakit hati” yang dilontarkan orang lain sebagai akibat dari perbuatan sendiri yang tanpa disengaja atau bahkan disengaja telah Anda lakukan, nasihat yang bisa diberikan adalah sebagai berikut.

Maafkan dan lupakan! Anda bisa hidup sehat dan sejahtera. Tetapi, kalau Anda menerima “sakit hati” yang berasal dari serangan curang seseorang yang memang dengan sengaja atau tidak disengaja perbuatannya membuat masalah yang berakibat Anda mengalami sakit hati.

Karena itu, nasihat yang bisa diberikan adalah tetap memaafkan, tetapi jangan beri kesempatan lagi padanya untuk menyakiti hati Anda! Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menghindarinya berbuat hal yang sama pada Anda di kemudian hari.

Pemberian Maaf

Pemberian maaf bak melumasi roda-roda kehidupan ketika gigi-giginya mulai aus. Kalau pilihan waktunya tepat dan dengan maksud yang tulus, permintaan maaf yang manis merupakan sikap hormat kepada peradaban manusia. Tetapi, sebagian orang lebih mudah memberi maaf atas kesalahan yang orang lain lakukan terhadap dirinya karena banyak alasan. Biasanya yang paling kuno adalah karena sangat mencintainya.

Tetapi untuk memaafkan dirinya sendiri banyak orang yang tidak mampu melakukannya, dan membuat penyesalan yang tak berujung sepanjang hidup. Memaafkan diri sendiri memerlukan keberanian yang besar, lagi pula apakah Anda berani membebaskan diri dari bayang-bayang kesalahan yang dilakukan pada hari-hari lalu?

Memaafkan diri sendiri dan membebaskan diri dari rasa bersalah sangat memerlukan keberanian dan keteguhan hati. Kita akan memulainya untuk bisa keluar dari bayang-bayang masa lalu dengan membuat skenario baru untuk naskah hidup kita selanjutnya. Kita perlu memaafkan diri sendiri, seperti layaknya kita memaafkan orang yang berbuat salah kepada kita, tetapi orang tersebut sudah meninggal.

Jadi tidak ada lagi harapan apa pun dari orang tersebut karena sudah tidak ada. Memaafkan tidak mengubah fakta dari masa lalu kita. Klimaks dari pemberian maaf adalah hal itu akan datang setelah kita merasa bersatu kembali dengan diri sendiri secara utuh.

Kita menyadari telah berbuat kesalahan dan tidak punya daya dan kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan itu, dan ada semacam perjanjian yang hanya diri kita sendiri yang mengetahui bagaimana kita berjanji tidak akan mengulanginya dan akan menjalani hidup baru dengan cara berpikir baru untuk meraih pengampunan yang diberikan oleh diri sendiri yang menjadikan kita hidup lebih baik.

Memaafkan diri sendiri adalah mukjizat penyembuhan yang tuntas atas kehidupan itu sendiri. Bisa memaafkan adalah karunia yang terindah dalam hidup seseorang, baik itu memaafkan diri sendiri maupun memaafkan orang lain.